Menyimpan Warisan Budaya Melalui Wayang Keroncong

Sekelompok wayang keroncong (dalang pop Portugis) dari Surakarta, Jawa Tengah, telah menemukan cara inovatif untuk melestarikan budaya lokal.

Dinamai Congwayndut, abreviasi dari Keroncong Wayang Gendut (Fatpuppete Keroncong), kelompok ini berusaha menyoroti budaya lokal melalui pertunjukan wayang komedi.

 telah menemukan cara inovatif untuk melestarikan budaya lokal Menyimpan warisan budaya melalui wayang keroncong
Menyimpan warisan budaya melalui wayang keroncong
Salah satu anggotanya, Dwi Suryanto yang berusia 37 tahun yang dikenal teman-temannya sebagai "Gendut" (Fatso), menyampaikan bahwa perpaduan antara musik keroncong dan wayang merupakan bab dari perjuangan kelompok tersebut untuk mempopulerkan kesenian tradisional di kalangan generasi muda.

"Keroncong yaitu jenis musik yang orang kenali dengan Jawa, terutama Surakarta. Untuk menarik kaum muda, kami menggabungkannya dengan jenis musik lainnya," katanya kepada kompas.com sehabis tampil sangat menghibur di Balai Soejatmoko di Surakarta pada hari Rabu.

Didirikan pada tahun 2010, kelompok ini telah tampil di seluruh negeri dan luar negeri.

"Saya mendirikan grup dengan sekitar 15 orang lainnya. Didukung oleh teman-teman saya, ini bertujuan untuk meregenerasi para penggemar wayang. Kami takut akan masa depan dimana wayang tidak lagi menarik minat generasi muda."

Pada setiap pertunjukan, kelompok tersebut tidak selalu berbahasa Jawa.

"Ketika di Singapura, kami tampil memakai bahasa Melayu dan responnya sangat positif. Orang selalu berpikir bahwa wayang hanya dapat dilakukan bersamaan dengan gamelan, namun kelompok kami menerangkan bahwa mereka salah alasannya yaitu alat musik apa pun akan melakukannya," katanya.

Menariknya, kelompok ini mempunyai anggota yang bukan orang Jawa.

Muhammad Subhan, seorang anggota Makassar di Sulawesi Selatan, menyampaikan beliau bergabung dengan kelompok tersebut alasannya yaitu beliau menganggap keroncong wayang sebagai alternatif hiburan.

"Jika kita berusaha untuk tetap setia pada tradisi orisinil wayang, akan sangat sulit. Beberapa sahabat kita mempunyai latar belakang etnomusikologi di luar karawitan Jawa [ensambel musik]," kata Subhan.

Dia menambahkan bahwa instrumen yang dipakai pada setiap pertunjukan berasal dari aneka macam kawasan di Indonesia.

"Yang saya mainkan, misalnya, yaitu perkusi yang disebut taganing - alat musik etnis dari Sumatera Utara. Kami juga memakai kendang dari Jawa Barat," katanya.

Related Posts

Post a Comment