Pengertian, Istilah, Jenis-Jenis Manfaat Hutan Serta Bagian-Bagian Hutan

Mungkin kata “hutan” bukan lagi abnormal di pendengaran Anda namun apakah Anda tahu mengenai pengertian hutan? Memang banyak sekali orang yang tahu mengenai hutan tetapi tidak banyak yang tahu mengenai pengertian dari tempat penuh pepohonan yang rindang itu. Hutan memang menjadi sebuah ekosistem yang dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan ibarat pepohonan rindang, paku-pakuan, dan jenis tumbuhan lainnya. Selain itu, hutan juga menjadi tempat tinggal untuk bermacam-macam fauna khususnya fauna liar yang harus dilindungi keberadaannya yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Sehingga sebuah lahan atau sebuah tempat sanggup dikatakan sebagai hutan memang harus mempunyai ekosistem yang saling berkesinambungan satu sama lain.

 bukan lagi abnormal di pendengaran Anda namun apakah Anda tahu mengenai pengertian hutan Pengertian, Istilah, Jenis-jenis Manfaat Hutan Serta Bagian-bagian Hutan
Pengertian, Istilah, Jenis-jenis Manfaat Hutan Serta Bagian-bagian Hutan


Apa pengertian hutan? Apa saja manfaat dari keberadaan hutan?

Rasanya belum lengkap bila membahas mengenai pengertian hutan namun tidak membahas pengertiannya dari beberapa jago dan dari sumber-sumber terpercaya. Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 mengenai kehutanan menyebutkan bahwa hutan didefinisikan sebagai sebuah kesatuan dari ekosistem dari kumpulan tumbuhan dan fauna  atau sumber daya hayati yang biasanya didominasi oleh pepohonan. Tidak hanya itu, sebuah tempat sanggup dikatakan sebagai hutan bila memenuhi beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain ibarat adanya hamparan lahan, berupa sebuah ekosistem, terdapat sumber daya alam baik itu berupa tumbuhan maupun fauna yang saling berkesinambungan, serta tempat tersebut harus sanggup memperlihatkan manfaat baik itu untuk guna dan daya.

Selain mengetahui dan memahami pengertian hutan, Anda juga harus mengetahui perihal manfaat dari hutan. Mungkin banyak dari Anda yang sudah tahu apa saja manfaat dari tempat tersebut namun ada juga yang belum. Sebenarnya ada empat macam manfaat dari hutan, yakni manfaat klimatologis, manfaat ekologis, dan manfaat hidrolis. Manfaat klimatologis dari hutan ibarat hutan membantu memasok oksigen dunia atau lebih sering disebut dengan paru-paru dunia. Selain itu, hutan juga sanggup mengatur iklim dari suatu tempat, mengingat hutan yang ada di dunia mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga bisa dikatakan bila hutan sanggup mengontrol iklim dari sebuah tempat.

Menurut wikipedia, Hutan yaitu sebuah tempat yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.

Hutan berdasarkan Undang-Undang perihal Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 yaitu suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam komplotan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak sanggup dipisahkan.

Hutan yaitu bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita sanggup menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

Pohon sendiri yaitu tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda alasannya yaitu secara mencolok mempunyai sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.

Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan bila bisa membuat iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya ibarat masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan binatang (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang sanggup diambil keuntungannya oleh masyarakat melalui budidaya tumbuhan pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam banyak sekali hal ibarat penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta tumbuhan dan fauna, dan tugas penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu tempat yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan yaitu tempat tumbuhnya banyak sekali tanaman.

Manfaat ekologis dari hutan yaitu ibarat menjaga dan membantu menyuburkan tanah, mencegah timbulnya banjir atau erosi, dan merupakan tempat hidup bermacam-macam tumbuhan dan juga fauna khas dari tempat hutan itu tumbuh. Sementara manfaat hidrolis sendiri ibarat hutan menjadi tempat penampungan air hujan alami yang tentunya mencegah insan dari kekeringan di demam isu kemarau. Selain itu, hutan juga berfungsi untuk menjaga kualitas dari air tanah supaya mempunyai pH yang cocok sehingga air yang ada di daratan layak untuk dikonsumsi. Selain ketiga manfaat dari hutan di atas, ternyata dengan adanya pemanfaatan hutan yang baik bisa memperlihatkan pemasukan devisa negara. Sekian sedikit pengertian hutan dan manfaatnya, semoga bisa bermanfaat.

Pengertian Hutan Menurut Para Ahli

Berikut ini yaitu pengertian hutan berdasarkan beberapa jago dan juga pengertian hutan berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1967 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Kehutanan :

Soerianegara dan Indrawan (1982) mengemukakan Hutan yaitu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan.

Arief (1994) mengemukakan bahwa Hutan yaitu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1967 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Kehutanan menyebutkan bahwa Hutan ialah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan komplotan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan.

Menurut Dengler hutan yaitu suatu kumpulan pohon-pohon yang rapat dan menutup areal Cukup luas sehingga sanggup membentuk iklim mikro yang kondisi ekologisnya sangat khas dan berbeda dengan areal luarnya.

Menurut Spurr, Hutan yaitu komplotan antara tumbuhan dan binatang dalam sebuah asosiasi biotis. Asosiasi ini bersama lingkungannya membentuk sistem ekologis, organisme didalamnya saling besar lengan berkuasa dalam suatu siklus energi yang kompleks.

Bagian-Bagian Hutan

Hutan Slurup di gunung Wilis pada sisi Kabupaten Kediri, tepatnya di daerah Dolo kecamatan Mojo. Hutan dengan banyak fatwa air, berhawa hirau taacuh dan tingkat kelembapan rendah
Bayangkan mengiris sebuah hutan secara melintang. Hutan seolah-olah terdiri dari tiga bagian, yaitu bab di atas tanah, bab di permukaan tanah, dan bab di bawah tanah.

Jika kita menelusuri bab di atas tanah hutan, maka akan terlihat tajuk (mahkota) pepohonan, batang kekayuan, dan tumbuhan bawah ibarat perdu dan semak belukar. Di hutan alam, tajuk pepohonan biasanya tampak berlapis alasannya yaitu ada banyak sekali jenis pohon yang mulai tumbuh pada dikala yang berlainan.

Di bab permukaan tanah, tampaklah banyak sekali macam semak belukar, rerumputan, dan serasah. Serasah disebut pula 'lantai hutan', meskipun lebih ibarat dengan permadani. Serasah yaitu guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Serasah mempunyai tugas penting alasannya yaitu merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan banyak sekali mikro organisme lain. Uniknya, para penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghan Semua tumbuhan dan satwa di dunia, begitupun manusia, harus mengikuti keadaan dengan lingkungan tempat mereka berada. Jika suatu jenis tumbuhan atau satwa bisa mengikuti keadaan dengan lingkungan fisik di daerah tertentu, maka mereka akan sanggup berkembang di daerah tersebut. Jika tidak, mereka justru tersingkir dari tempat ini. Contohnya, kita menemukan pohon bakau di daerah genangan dangkal air maritim alasannya yaitu spesies pohon ini tahan dengan air asin dan mempunyai akar napas yang sesuai dengan sifat tanah dan iklim panas pantai.

Sebaliknya, cara banyak sekali tumbuhan dan satwa bertahan hidup akan memengaruhi lingkungan fisik mereka, terutama tanah, walaupun secara terbatas. Tumbuhan dan satwa yang membuatkan tempat hidup yang sama justru lebih banyak saling memengaruhi di antara mereka. Agar bisa bertahan hidup di lingkungan tertentu, banyak sekali tumbuhan dan binatang memang harus menentukan antara bersaing dan bersekutu. Burung kuntul, misalnya, menghinggapi punggung banteng liar untuk mendapat kutu sebagai makanannya. Sebaliknya, banteng liar terbantu alasannya yaitu badannya terbebas dari sumber penyakit.

Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas, rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling mengikuti keadaan akan menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan satwa yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita melihat hutan dalam bermacam-macam wujud klimaks, misalnya: hutan sabana, hutan meranggas, hutan hujan tropis, dan lain-lain.

Macam-Macam Hutan

Rimbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan insan dalam mengenali sifat khas hutan. Dengan mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan hutan secara lebih sempurna sehingga hutan sanggup lestari, bahkan terus berkembang.

Ada banyak sekali jenis hutan. Pembedaan jenis-jenis hutan ini pun bermacam-macam pula. Misalnya:

Menurut asal
Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta adonan antara biji dan tunas.

Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ alasannya yaitu pepohonan yang tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan sanggup mencapai umur lebih lanjut.
Hutan yang berasal dari tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya.
Hutan campuran, oleh karenanya, disebut ‘hutan sedang’.
Penggolongan lain berdasarkan asal adalah

Hutan perawan (primer) merupakan hutan yang masih orisinil dan belum pernah dibuka oleh manusia.
Hutan sekunder yaitu hutan yang tumbuh kembali secara alami sesudah ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun bila dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan sanggup pulih menjadi hutan primer sesudah berusia ratusan tahun.

Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)
Hutan sanggup dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti bunga pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan oleh angin, air, atau hewan. Hutan dengan permudaan buatan berarti insan sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk menumbuhkan kembali hutan. Hutan dengan permudaan adonan berarti adonan kedua jenis sebelumnya.

Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering tidak berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin. Di daerah tropis, perbungaan terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan dan Sumatera terjadi secara berkala. Pada tahun tertentu, hutan meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya meranti sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang mempunyai sepasang sayap melayang-layang terbawa angin.

Menurut susunan jenis
Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran. Hutan sejenis, atau hutan murni, mempunyai pepohonan yang sebagian besar berasal dari satu jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu. Hutan sejenis sanggup tumbuh secara alami baik alasannya yaitu sifat iklim dan tanah yang sulit maupun alasannya yaitu jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam (pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk alasannya yaitu kebakaran hutan yang luas pernah terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis sanggup juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama yang sengaja ditanam ibarat itu oleh manusia, ibarat dilakukan di lahan-lahan HTI (hutan tumbuhan industri).

Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis yaitu hutan daun jarum (konifer) dan hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa ditemui di daerah tropis.

Menurut Umur
Kita sanggup membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur sama) dan hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya merupakan hutan tidak seumur. Hutan tumbuhan boleh jadi hutan seumur atau hutan tidak seumur.

Berdasarkan Letak Geografisnya:

  1. hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa.
  2. hutan temperate, hutan-hutan di daerah empat demam isu (antara garis lintang 23,5º - 66º).
  3. hutan boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub.
  4. Berdasarkan Sifat-Sifat Musimannya:
  5. hutan hujan (rainforest), dengan banyak demam isu hujan.
  6. hutan selalu hijau (evergreen forest).
  7. hutan demam isu atau hutan gugur daun (deciduous forest).
  8. hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang demam isu kemaraunya panjang. Dll.
  9. hutan wisata.

Berdasarkan ketinggian tempatnya:

  1. hutan pantai (beach forest)
  2. hutan dataran rendah (lowland forest)
  3. hutan pegunungan bawah (sub-mountain forest)
  4. hutan pegunungan atas (mountain forest)
  5. hutan kabut (mist forest)
  6. hutan elfin (alpine forest)

Berdasarkan keadaan tanahnya:

  1. hutan rawa air-tawar atau hutan rawa (freshwater swamp-forest)
  2. hutan rawa gambut (peat swamp-forest)
  3. hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest)
  4. hutan kerangas (heath forest)
  5. hutan tanah kapur (limestone forest), dan lainnya

Berdasarkan jenis pohon yang dominan:

  1. hutan jati (teak forest), contohnya di Jawa Timur.
  2. hutan pinus (pine forest), di Aceh.
  3. hutan dipterokarpa (dipterocarp forest), di Sumatra dan Kalimantan.
  4. hutan ekaliptus (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara. Dll.

Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:

  1. hutan alam (natural forest)
  2. hutan buatan (man-made forest), misalnya:
  3. hutan rakyat (community forest)
  4. hutan kota (urban forest)
  5. hutan tumbuhan industri (timber estates atau timber plantation) Dll

Berdasarkan tujuan pengelolaannya:

  1. hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan bukan kayu (non-timber forest product)
  2. hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air
  3. Taman Nasional
  4. hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau keindahan alam
  5. Cagar alam
  6. Suaka alam
  7. hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, sanggup dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.


Dalam kenyataannya, seringkali beberapa faktor pembeda itu bergabung, dan membangun sifat-sifat hutan yang khas. Misalnya, hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rainforest), atau hutan dipterokarpa perbukitan (hilly dipterocarp forest). Hutan-hutan rakyat, kerap dibangun dalam bentuk adonan antara tanaman-tanaman kehutanan dengan tumbuhan pertanian jangka pendek, sehingga disebut dengan istilah wanatani atau agroforest.

Jenis-jenis Hutan di Indonesia

Berdasarkan Biogeografi
Kepulauan Nusantara yaitu relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan antara tiga lempeng bumi. Hingga hari ini pun, ketiga lempeng bumi itu masih terus saling mendekat. Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi di negeri kepulauan ini.

Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di sabuk khatulistiwa itu menghasilkan tiga tempat biogeografi utama, yaitu: Paparan Sunda, Wallacea, dan Paparan Sahul. Masing-masing tempat biogeografi yaitu cerminan dari sebaran bentuk kehidupan berdasarkan perbedaan permukaan fisik buminya.


  • Kawasan Paparan Sunda (di bab barat)

Paparan Sunda yaitu lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas antara dunia tumbuhan fauna di Paparan Sunda dan di bab lebih timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang, pada 1858, memperlihatkan bahwa persebaran tumbuhan fauna di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih ibarat dengan yang ada di daratan Benua Asia.


  • Kawasan Paparan Sahul (di bab timur)

Paparan Sahul yaitu lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber yaitu sebuah garis khayal pembatas antara dunia tumbuhan fauna di Paparan Sahul dan di bab lebih barat Indonesia. Garis ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber yang, sekitar 1902, memperlihatkan bahwa persebaran tumbuhan fauna di tempat ini lebih serupa dengan yang ada di Benua Australia.


  • Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bab tengah)

Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis Weber. Kawasan ini meliputi Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Kepulauan Maluku. Flora fauna di tempat ini banyak merupakan jenis-jenis endemik (hanya ditemukan di tempat bersangkutan, tidak ditemukan di bab lain manapun di dunia). Namun, tempat ini juga mempunyai unsur-unsur baik dari Kawasan Oriental maupun dari Kawasan Australesia. Wallace beropini bahwa maritim tertutup es pada Zaman Es sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan Australia sanggup menyeberang dan berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis tumbuhan fauna Asia tetap lebih banyak terdapat di bab barat dan jenis tumbuhan fauna Australia di bab timur, hal ini dikarenakan Kawasan Wallace dulu merupakan palung maritim yang sangat dalam sehingga fauna sukar untuk melintasinya dan tumbuhan berhenti menyebar.

Berdasarkan iklim

Dari letak garis lintangnya, Indonesia memang termasuk daerah beriklim tropis. Namun, posisinya di antara dua benua dan di antara dua samudera membuat iklim kepulauan ini lebih beragam. Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan berair per tahun, Indonesia meliputi tiga daerah iklim, yaitu:


  1. Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak demam isu hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang sampai Februari. Daerah ini meliputi Pulau Sumatera; Kalimantan; bab barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi.
  2. Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak demam isu hujannya jatuh antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini meliputi bab timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua.
  3. Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini meliputi Jawa Timur; sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bab paling ujung selatan Papua.

Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia mempunyai hutan gambut, hutan hujan tropis, dan hutan muson.

  • Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, sepanjang pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar pantai selatan Papua.
  • Hutan hujan tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. Di bab barat Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili Dipterocarpaceae (terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh famili Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, dan Guttiferaceae. Di bab timur, genus utamanya yaitu Pometia, Instia, Palaquium, Parinari, Agathis, dan Kalappia.
  • Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bab tenggara Maluku, dan sebagian pantai selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini ibarat jati (Tectona grandis), walikukun (Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus alba), cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca leucadendron).


Berdasarkan sifat tanahnya
Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia meliputi hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan rawa.

  1. Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai, ibarat di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya ibarat ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara maritim (Casuarina equisetifolia), dan pandan (Pandanus tectorius).
  2. Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan pantai selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia, Sonneratia, dan Rhizopheria.
  3. Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Spesies pohon rawa contohnya yaitu nyatoh (Palaquium leiocarpum), kempas (Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).

Berdasarkan pemanfaatan lahan

Luas hutan Indonesia terus menciut, sebagaimana diperlihatkan oleh tabel berikut: Luas Penetapan Kawasan Hutan oleh Departemen Kehutanan Tahun Luas (Hektar) 1950 162,0 juta 1992 118,7 juta 2003 110,0 juta 2005 93,92 juta

Berdasarkan hasil penafsiran gambaran satelit, tempat hutan Indonesia yang mencapai 93,92 juta hektar pada 2005 itu sanggup dirinci pemanfaatannya sebagai berikut:

  1. Hutan tetap : 88,27 juta ha
  2. Hutan konservasi : 15,37 juta ha
  3. Hutan lindung : 22,10 juta ha
  4. Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha
  5. Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha
  6. Hutan produksi yang sanggup dikonversi : 10,69 juta ha.
  7. Areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha.

Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha), diikuti berturut-turut oleh Kalimantan (28,23 juta ha), Sumatera (14,65 juta ha), Sulawesi (8,87 juta ha), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta ha), Jawa (3,09 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha).


Related Posts

Post a Comment