5 Sifat Guru Yang Sering Jadi Panutan Anak Tanpa Sadar

 Sifat Guru Yang Sering Makara Panutan Anak Tanpa Sadar 5 Sifat Guru Yang Sering Makara Panutan Anak Tanpa Sadar

Selain orang tua, guru merupakan pola utama bagi bawah umur dalam hal pendidikan karakter, apa yang dilakukan oleh guru baik itu yang terlihat maupun yang hanya terdengar akan menjadi tauladan bagi mereka.  Masalahnya, terkadang guru lupa atau secara sengaja maupun tidak menerangkan kepada mereka prilaku yang sejatinya tidak layak mereka contoh.  Tidak ada guru yang sempurna, tetapi sudah sepatutnyalah kita berupaya semaksimal mungkin untuk tidak memperlihatkan pola buruk yang kelak dijadikan pola perbuatan oleh bawah umur didik.

Anak, khususnya mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan selalu mencontoh yang mereka saksikan, reaksi ini lebih tepatnya dampak sikap lebih mayoritas daripada dampak teori, mereka tidak perduli entah itu pola yang buruk maupun pola yang baik, alasannya kemampuan logika mereka lebih condong pada sikap mencontoh meskipun pada taraf bisa membedakan mana yang layak dicontoh dan yang tidak layak dicontoh.

Baca : Penting mengetahui huruf siswa semoga bisa mendidik dengan baik

Oleh karenanya, hendaknya tindak tanduk dan laris perbuatan guru harus tetap dijaga, alasannya figur guru merupakan pola utama sebagai materi referansi mereka dalam berperilaku ditengah keluarga maupun ditengah masyarakat.  Berikut ini, lima hal pokok yang layak diperhatikan dan dilakoni oleh guru, semoga kelak menghadirkan pola yang baik bagi bawah umur didik.

1. Aktifitas Spiritual.

Aktifitas spiritual guru akan menjadi panutan anak, menyerupai umumnya siswa wanita kebanyakan lebih penurut daripada siswa laki-laki.  Ada baiknya membiasakan sholat bersama disekolah sebagai kegiatan pembentukan huruf spritual bagi yang muslim atau beribadah ke rumah ibadah secara tolong-menolong bagi yang non muslim.  Kesempatan tersebut sekaligus dipakai untuk mengajak bawah umur secara bersama-sama.  Dengan menggalakkan aktifitas spiritual bersama adaptasi ini lambat laun akan berdampak baik pada sikap dan sikap anak. Aanak akan lebih gampang dikendalikan alasannya sudah terbentuk mindset yang kaya akan kerohanian.

2. Aktifitas Sosial.

Anak akan melihat aktifitas sosial yang dilakukan oleh guru juga.  Cara guru memperlakukan pihak lain, entah itu dari golongan bisa maupun dari golongan sederhana akan membekas dihati mereka.  Berlaku baik kepada pihak lain bukan berarti harus menyerah secara mutlak.  guru wajib menunjukan, kalau benar harus berani menerangkan bahwa kita dalam posisi benar walaupun yang dihadapi orang yang terpandang, tetapi kalau salah kita harus berani mengakui kesalahan walaupun dengan orang yang dalam kehidupan sehari-harinya jauh dari kata mapan menyerupai kita.

3. Pemberian Hukuman.

Bagian ini sering kita temui banyak kotraversi dalam hal menghukum. Memberikan eksekusi kepada anak alasannya salah ialah sebuah keharusan, jangan hingga sianak sudah berbuat salah tapi masih mendapat pembelaan.  Contoh, jangan pernah membela anak saat si anak sedang ditegur atau dinasehati oleh yang lain, sekalipun kita tahu bahwa sebetulnya si anak tidak salah.  Jika hal ini kita lakukan, sianak akan menjadi angkuh sementara disisi lain kita akan melahirkan perseteruan dengan dirinya, demikian juga sebaliknya.  Berilah eksekusi yang wajar, sesuai dengan tingkat kesalahannya dan kita sudah memastikan bahwa si anak benar-benar salah.

4. Pengendalian Emosi.

Ada kalanya kita ribut di rumah atau malah bersengketa dengan pihak lain, cara kita menghadapi permasalahan tersebut juga harus diperhatikan.  Pertengkaran kecil dengan istri/suami  biasanya akan menyulut emosi dan kadang ada kecenderungan kita berlaku emosional.  Sebaiknya jangan pernah menerangkan sikap emosional dihadapan anak didik, contohnya dengan ucapan-ucapan yang agresif dan nyaring.  Tanpa sadar sikap ini akan mempengaruhi emosional siswa, tanpa sengaja guru sudah mendidik huruf yang buruk.

5. Tingkah Laku Kasar.

Jangan pernah berperilaku agresif dihadapan anak.  Kekerasan bersifat verbal dan non-verbal sangat gampang dicontoh oleh anak-anak.  Alangkah bijaknya, walaupun anda orang yang berpembawaan agresif sebaiknya menahan diri semaksimal mungkin semoga jangan hingga terlihat oleh mereka.  Jika sudah tidak tahan dengan situasi, sebaiknya anda berjalan keluar (cari daerah yang nyaman) sejenak.  Dengan melihat pemandangan yang menyejukkan mata, bisa sedikit menurunkan kadar amarah.

Baca : Jangan salahkan siswa kalau guru tidak memiliki huruf ini

Kesemuanya itu tentu saja tidak baku dan mutlak, harus diubahsuaikan dengan situasi dan kondisi.  Namun kita harus selalu ingat bahwa dalam lingkungan pendidikan ada manusia-manusia yang selalu dan selalu mencontoh sikap kita sebagai guru.  Jika mereka sudah terlanjur mencontoh yang buruk, akan sangat sulit bagi kita untuk memperbaikinya. Maaf, goresan pena ini bukan untuk menggurui tapi hanya sebagai materi pengingat kita sebagai guru.

Related Posts

Post a Comment