Secara garis besar literasi merupakan kegiatan yang identik dengan menulis atau membaca. Sedangkan gerakan literasi sekolah sendiri merupakan suatu kemampuan dalam memahami, menggunakan, serta mengakses aneka macam acara ibarat menyimak, melihat, menulis, membaca, atau berbicara secara cerdas. Sejalan dengan itu, UNESCO juga menyebutkan bahwa literasi merupakan hubungan sosial dan praktiknya berkaitan dengan bahasa, budaya, dan pengetahuan. Maka dari itu, diperlukannya kemampuan tersebut supaya bisa berpartisipasi dengan masyarakat.
Mengenal Lebih Jauh Gerakan Literasi Sekolah
Menurut Deklarasi Praha (2003), literasi merupakan suatu cara seseorang berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Sedangkan gerakan literasi sekolah merupakan kegiatan partisipatif (termasuk di dalamnya berkomunikasi), yang melibatkan seluruh warga sekolah termasuk orang tua, serta perangkat pendukung kegiatannya ibarat media massa, penerbit, masyarakat, dan lain-lain. Gerakan literasi di sekolah ini dimulai dengan membiasakan siswa untuk membaca minimal selama 15 menit. Teks bacaan yang diberikan pun juga harus sesuai dengan pembelajaran, biar tidak melenceng dari rencana pembelajaran. Selanjutnya saat siswa sudah terbiasa dengan hal tersebut, maka bisa dilanjutkan ke tahapan pengembangan. Meski demikian, gerakan literasi tidak bisa dilakukan sesuai kehendak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya:
- Sejalan dengan kurikulum Gerakan literasi sekolah bukan merupakan tanggung jawab kepala sekolah atau guru Bahasa Indonesia saja. Meskipun literasi memang identik dengan membaca atau menulis, namun literasi merupakan tanggung jawab semua guru di sekolah, lantaran bagaimanapun pembelajaran berlangsung dengan memakai bahasa. Maka dari itu, gerakan literasi yang dilakukan harus sejalan dengan kurikulum setiap mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan.
- Sadar keberagaman Banyaknya rujukan bacaan harusnya menciptakan siswa paham dan sadar bahwa orang, budaya, serta negara mempunyai ciri khasnya tersendiri. Masing-masing dari ketiganya tidak bisa disamakan, lantaran keberagaman itu merupakan hal yang masuk akal dan harus dihargai.
- Mengembangkan komunikasi lisan Gerakan literasi sekolah diharapkan bisa menyebabkan interaksi ekspresi ibarat diskusi. Diskusi yang berjalan tentunya akan menciptakan siswa bertukar pendapat memberikan gagasan yang ada di pikiran mereka. Secara tidak pribadi hal tersebut akan menciptakan siswa menjadi lebih percaya diri, berani dalam berpendapat, serta menghargai pendapat teman. Dari perbedaan pendapat itu, akibatnya siswa juga bisa sadar akan keberagaman yang ada.
- Seimbang Meskipun literasi meliputi banyak aspek yang harus dikuasai, namun sekolah juga harus menyadari bahwa setiap siswa mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang berbeda. Maka dari itu, guru sebagai fasilitator harus melaksanakan hal yang lebih variatif biar masing-masing siswanya mendapat hal yang mereka butuhkan. Dengan begitu siswa juga bisa menyebarkan potensi mereka.
- Dilakukan kapan saja Agar lebih bermakna, gerakan literasi sekolah bisa dilakukan kapan saja. Sebagai contoh, guru bisa mengadakan praktik menulis essay mengenai pendidikan atau goresan pena bebas yang ditujukan untuk orang-orang penting maupun berharga bagi hidupnya.
- Berjalan sesuai prediksi Telah disinggung di awal, bahwa kebutuhan dan kemampuan anak dalam kegiatan literasi berbeda-beda. Oleh alasannya yakni itu, guru perlu mengetahui setiap perkembangan siswanya saat dalam proses berguru menulis maupun membaca. Dengan begitu, guru dan sekolah bisa dengan gampang mengetahui dan memutuskan taktik apa yang bisa diambil dalam pembelajaran literasi selanjutnya. Serta, guru bisa memfasilitasi kebutuhan mereka dengan tepat.
Lalu apa bekerjsama tujuan dari gerakan literasi sekolah ini? Secara garis besar gerakan literasi ini mempunyai 2 tujuan. Secara umum, literasi diterapkan untuk menumbuhkan serta menyebarkan kebijaksanaan pekerti para siswa. Hal ini berkaitan bersahabat dengan budaya literasi itu sendiri yang mana membiasakan siswa untuk membaca minimal selama 15 menit. Dari 15 menit yang dilakukan setiap hari atau bahkan di setiap pelajaran itulah yang nantinya akan menciptakan siswa terbiasa dan banyak membaca sehingga wawasan semakin luas.
Sedangkan secara khusus, literasi bertujuan untuk menjadikan lingkungan sekolah sebagai kawasan berguru yang ramah dan menyenangkan. Siswa bisa dengan nyaman menimba ilmu di sekolah, tanpa rasa malas. Selain itu, taktik membaca buku juga bisa ditingkatkan dengan adanya gerakan literasi tersebut, sehingga siswa bisa dengan asiknya menikmati setiap buku yang mereka baca.
Namun, supaya gerakan literasi sanggup terwujud maka diharapkan beberapa metode, di antaranya yaitu lingkungan fisik yang mendukung. Maksudnya adalah, daftar bacaan harus disediakan sebanyak mungkin di setiap tempat. Misalnya di setiap sudut kelas, kantin, atau koridor sekolah. Tak hanya itu, karya-karya siswa hasil berguru lliterasi juga sebaiknya dipamerkan di sudut-sudut sekolah biar mereka merasa besar hati dan semakin bersemangat untuk belajar. Akhir kata, gerakan literasi sekolah sebaiknya dilakukan sedini mungkin biar kebiasaan membaca juga tertanam dalam benak mereka jauh-jauh hari. Dengan begitu, tidak perlu khawatir siswa tinggal kelas lantaran malas belajar, alasannya yakni dari membaca saja pengetahuan mereka sudah akan bertambah banyak.
Post a Comment
Post a Comment