Dongeng Legenda Situ Sanghiang

Dongeng legenda Situ Sanghiang ini menceritakan asal mula adanya Situ Sanghiang. Sekarang Situ Sanghiang berada di  Desa Sanghiang/Sangiang Kacamatan Banjaran yang dulu masih masuk wilayah Kecamatan Talaga.  Tempat ini kini mejadi salah satu lokasi wisata alam sekaligus lokasi wisata religi di Kabupaten Majalengka. Para wisatawan banyak yang berkunjung ke sini terutama pada ketika liburan dan waktu-waktu tertentu.
Legenda Situ Sanghiang sangat terkenal terutama dikalangan masyarakat sunda khususnya orang Majalengka.
Alkisah pada jaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang subur makmur tidak kurang suatu apapun. Kehidupan masyarakatnya tentram kondusif dan damai. Pada ketika itu yang menjadi raja ialah Prabu Darmasuci II. Ia diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya dan mendapat julukan Sunan Talagamanggung. 
Sang raja mempunyai dua orang anak. Satu pria yang berjulukan Raden Panglurah dan yang kedua wanita yang berjulukan Ratu Putri Dewi Simbarkancana. 
Setelah dewasa, Raden Panglurah meninggalkan kerajaan menuju gunung bitung untuk bertapa. Kebetulan Gunung Bitung yang terletak di Desa Wangkelang  itu merupakan kawasan bekas semedi kakenya yakni Sunan Ponggang Syang Romahiyang.
Pada ketika yang sama tiba ke kerajaan seorang cowok gagah perkasa, tampan dan berwibawa. Ia mengaku tiba dari palembang kerajaan Sriwijaya. Tujuan cowok tersebut tiba ke kerajaan untuk berbakti mengabdikan diri kepada kerajaan. Karena mempunyai perilaku yang baik maka sang raja menerimanya dengan bahagia hati. 
Dalam berbakti cowok tersebut sangat baik dan mendapat kepercayaan dari sang raja menjadi menteri kerajaan. Karena mempunyai wibawa dan berperai baik maka banyak para prajurit dan rakyat kerajaan yang simpati. Bahkan ia diangkat mejadi menantu oleh sang raja, dijodohkan dengan putrinya Déwi Simbarkancana. Ia mendapat julukan Adipati Palémbanggunung.
Karena merasa sudah renta sangraja alhasil menyerahkan urusan kerahjaan pada mantunya untuk sementara waktu hingga putranya yang sedang bersemedi kembali ke kerajaan. 
Namun sayang Adipati Palembanggunung merasa jemawa alasannya ialah merasa pengaruhnya sudah berpengaruh terhadap para prajurit kerajaan. Ia bahkan berniat merebut kerajaan tersebut. Ia mencoba merayu Citrasinga salah seorang menteri kerajaan supaya memberitahu belakang layar kelemahan sang raja supaya sanggup dibunuh. Akhirnya Citrasinga memberi tahu bahwa sang raja hanya sanggup dibunuh jikalau memakai Cis atau Tumbak Pendek.
Hanya saja yang tahu benda tersebut dimana disimpannya hanya anak angkat sang raja yang sangat disayanginya yaitu Centangbarang. Mendengar isu tersebut Adipati Palembanggunung sangat gembira. 
Ia bergegas menemui Centangbarang dan berusaha merayu dengan banyak sekali cara supaya diberi pinjam Cis tersebut. Karena kepandaianya berbicara, ia berhasil membujuk Centangbarang. Dan bukan hanya akan memberi pinjam bahkan ia siap untuk membunuh sang raja. 
Singkat cerita, suatu waktu ketika sang raja keluar dari keraton bersama para pengawal kerajaan. Dalam rombongan terebut ada juga Centangbarang yang sudah berniat akan membunuh sang raja. Ketika akan keluar dari pintu keraton Centangbarang eksklusif menusukan Cis kepada raja. Sang raja sanggup menghindar, namun betisnya terkena bacokan Cis tersebut. alasannya ialah benda tersebut mengandung racun maka raja eksklusif tersungkur, lemah tanpa daya.
Kejadian tersebut menciptakan keraton menjadi ribut, sedangkan Centangbarang eksklusif kabur dari keraton. Para pengawal berniat mengejarnya namun sang raja menghalangi. “Biarkan beliau jangan dikejar nani juga beliau bakal mendapat tanggapan yang setimpal dari Sang Hiyang Widi, Dewa Gung”. Seterusnya sang raja dibawa ke dalam keraton. 
Prabu Darmasuci II berdoa ke Dewa Gung dan Ajaib kearajaan dan seluruh isinya menghilang bermetamorfosis Situ dengan airnya yang sangat jernih namun suasanya menyeramkan. Situ tersebut kini terkenal dengan nama Situ Sanghiang. 

Related Posts

Post a Comment