6 Perkara Ini Jalan Kesuksesan Mencar Ilmu Coba Anda Terapkan Dengan Benar Niscaya Berhasil

 Ilmu merupakan pangkat dari segala pangkat kedudukan alasannya yaitu itu ilmu sangat penting bagi k 6 Perkara Ini Jalan Kesuksesan Belajar Coba Anda Terapkan Dengan Benar Pasti Berhasil
Ilmu merupakan pangkat dari segala pangkat kedudukan alasannya yaitu itu ilmu sangat penting bagi kehidupan insan lantaran menyebabkan insan mengerti arti sebuah kehidupan,  dan  mempunyai kedudukan yang sangat mulia dalam pandangan agama maupun sosial. Karena dengan ilmu seseorang akan mendapatkan maqam ( kedudukan ) yang mulia didunia dan akhirat. Maka akan sia-sia lah orang yang selama hidupnya mencari ilmu namun tidak mendapatkan buah manfaat dari ilmu itu sendiri.

Banyak sekali dalam Al-Qur’an maupun Hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan wacana keutamaan ilmu. Salah satu diantaranya yaitu dalam al qur’an QS al mujadalah ayat 11;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah pasti Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, pasti Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.
(تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ
"Belajarlah kau semua, dan mengajarlah kau semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku oke terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Tabrani).

Dari pandangan ayat tersebut diatas sudah barang tentu ilmu akan menjadi ukuran kesuksesan seseorang. Memperoleh kesuksesan kehidupan di dunia, ingin mendapatkan kehidupan yang baik, kehidupan yang mulia, kehidupan yang penuh kebahagiaan maka seseorang harus mencapainya dengan ilmu, dan begitu pula dikala seseorang ingin mendapatkan kehidupan yang yang baik, kebahagian yang abadi di akherat maka juga harus dengan ilmu. Ilmu yaitu sumber kehidupan yang hakiki lantaran ilmu bisa merangkul dan menghantarkan kesuksesan di dunia dan akherat.
(مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ  وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ (رواه الطبراني
"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus mempunyai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan darul abadi maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu.”(HR. Thabrani).

Oleh karenanya ilmu yang bermanfaat itu tidak bisa kita dapatkan secara gratis. Jauh sebelumnya Imam Syafi'i sudah memperlihatkan rambu-rambu wacana syarat menggapai ilmu yang bermanfaat Ingatlah, tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali dengan 6 syarat, yaitu
  1. Kecerdasan
  2. Bersungguh-sungguh
  3. Sabar
  4. Biaya
  5. Petunjuk dari guru
  6. Waktu yang lama

1. Belajar diperlukan kecerdasan

Allah telah memperlihatkan perangkat hidup kepada insan yang berupa otak ini merupakan anugerah yang sangat besar lantaran otak ini diberikan secara gratis sebagai nikmat mauhibi artinya nikmat yang diberikn oleh Allah kepada insan secara gratis dan tinggal pakai. Tetapi untuk kecerdasan otak insan harus berusaha mencarinya dengan cara mempelajari ilmu.
( قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ) الزمر/ 9
“ … Apakah sama orang-orang yang mengerti dengan orang-orang yang tidak mengerti? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakal saja yang sanggup mendapatkan pelajaran.” (Az Zumar :9)

Cerdas, artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti berpedoman pada IQ-nya saja yang harus tinggi namun ada hal lain yang bisa jadi ukuran menyerupai EQ serta SQ, walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat memilih sekali, asal akalnya bisa menangkap ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat yang pertama.

2. Belajar harus ada niat bersungguh-sungguh

Bersungguh-sungguh berarti ada kemantapan niat. Niat yang tepat berarti menyengaja terhadap sesuatu dan dibarengi dengan perbuatan. referensi kecil perbuatan niat dan sungguh-sungguh yaitu dikala Anda hendak berangkat sekolah dari rumah sudah menyatakan niat mencar ilmu dan mencari ilmu yang manfaat kemudian di sekolah dinyatakan dengan perbuatan belajar. Bukan tiba kesekolah kemudian di sekolah hirau tak hirau dengan pelajaran.

Sebuah pepatah arab menyampaikan yang artinya "Barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan mendapati dari kesungguhannya". Mencari ilmu itu sangat sulit serta banyak rintangan yang harus dihadapi mustahil seseorang itu berilmu dikala tidak berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan juga harus menjaga biar ilmu tersebut sanggup bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Semangat sungguh-sungguh ini harus diterapkan secara terus menerus, walaupun sudah berhasil meraih apa yang diimpikan. Karena orang yang berhasil yaitu mereka yang justru tidak pernah berhenti berproses untuk menjadi lebih baik.

3. Belajar harus disertai sifat kesabaran yang tinggi

Sekali lagi saya tekankan bahwa mencari ilmu itu sangat sulit dibandingkan mencari harta. Mencari ilmu butuh usaha pengorbanan yang sangat besar oleh karenanya harus disikapi dengan sifat kesabaran yang sangat tinggi. Ingatlah "man shabara zafira", siapa yang bersabar, akan beruntung. Terus berusaha, lebih bersungguh-sungguh, pada satu jalan kebenaran, dan jangan lupa usaha keras yang kita lakukan harus diiringi dengan doa. Yakinlah bahwa kesungguhan akan membuahkan keberhasilan dan tetap semangat untuk bangun dan bakir memandang tantangan. Karena mustahil ilmu didapat secara cepat, instan tanpa membutuhkan kesabaran.

4. Belajar membutuhkan biaya

Menuntut ilmu memang diperlukan biaya dan biaya itu tidak sedikit, namun bukan berarti tidak mempuyai biaya tidak harus belajar. Salah kaprahnya kini berbagai orang renta yang mengeluhkan wacana mahalnya biaya sekolah sehingga banyak bawah umur yang putus sekolah dengan dalih problem biaya.

Setiap penuntut ilmu harus menyiapkan perlengkapan dalam acara belajar. Dan perlengkapan tersebut tentunya memerlukan biaya. Namun biaya jangan di fahami harus punya uang yang banyak, biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya, pun tidak harus merupakan bekal materi. Dalam sejarah jaman sahabat nabi hingga zaman ulama terkemuka kebanyakan ia yaitu orang-orang yang tidak mampu, menyerupai Abu Hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak yaitu orang yang sangfat fakir, Imam Syafi’i yaitu seorang yatim yang miskin, dan banyak lagi kasus contohnya, biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar.

Banyak pula dongeng para ulama mencurahkan segalanya begitu juga harta mereka, sampai-sampai ada ungkapan dari  beberapa orang ulama salah satunya yaitu Syu’bah, ia berkata,
مَنْ طَلَبَ الْحَدِيثَ أَفْلَسَ
“Barangsiapa yang menuntut ilmu hadist/belajar agama maka akan bangkrut”

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
لَا يَصْلُحُ طَلَبُ الْعِلْمِ إِلَا لِمُفْلِس
“Tidak layak bagi orang yang menuntut ilmu kecuali orang yang siap miskin/bangkrut”

Ibnu Sa’ad berkata, saya mendengar Musa bin Dawud berkata,
أفلس الهيثم بن جميل في طلب الحديث مرتين
“Al-Haitsam bin Jamil gulung tikar dua kali Ketika mencari hadits.”

Ibnu ‘Adi berkata mengisahkan wacana Yahya Ibnu Ma’in,
كان معين على خراج الري، فمات، فخلف ليحيى ابنه ألف ألف درهم، فأنفقه كله على الحديث حتى لم يبق له نعل يلبسه.
“Ma’in [Ayah Yahya Ibnu Ma’in] terkena radang tenggorokan, kemudian meninggal, ia mewariskan untuk Yahya Ibnu Ma’in sebanyak 1.000.000 dirham, maka ia habiskan seluruhnya untuk mencari hadits sampai-sampai tidak ada yang tersisa kecuali sandal yang ia pakai.”

Abdurrahman bin Abu Zur’ah berkata, saya mendengar ayahku berkata,
بقيت بالبصرة في سنة أربع عشرة ومائتين ثمانية أشهر وكان في نفسي أن أقيم سنة فانقطع نفقتي فجعلت أبيع ثياب بدني شيئا بعد شيء حتى بقيت بلا نفقة
“Aku menetap di Bashrah pada tahun 214 Hijriyah. Sebenarnya saya ingin menetap di sana selama setahun. Namun perbekalanku telah habis dan terpaksa saya menjual bajuku helai demi helai, hingga kesannya saya tidak punya apa-apa lagi.” sumber muslimafiyah.com

Dari dongeng tersebut kita bisa berkaca bahwa ilmu itu lebih berharga dibandingkan harta, shingga biaya tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan kesuksesan dalam belajar.

5. Belajar itu butuh petunjuk seorang guru

Belajar itu harus ada gurunya, mencar ilmu tanpa seorang guru maka yang di khawatirkan yaitu syetan yang akan menjadi gurunya. Anda boleh menyampaikan bahwa kini ini mencar ilmu tanpa bimbingan guru pun bisa tapi ingat dikala menemui jalan buntu maka Anda terjerumus pada jalan yang salah.
Kalau kita ingat bahwa Nabi Muhammad saja dikala mendapatkan wahyu melalui Malaikat Jibril, ini membuktikan bahwa seorang Nabi saja memeiliki pembimbing apalagi kita, sudah semestinya membutuhkan petunjuk guru.

Setiap pembelajar harus mematuhi petunjuk/bimbingan yang disampaikan guru selama itu merupakan suatu kebaikan. Seorang guru yaitu orang renta kedua bagi penuntut ilmu, guru merupakan bapak ruhaniyah yang senantiasa mengarahkan, membimbing menjadi tauladan bagi murid-muridnya. bahkan tidak mungkir lagi bahwa kesuksesan dan keberhasilan seseorang yaitu berkat jasa seorang guru . Karena intinya setiap guru tidak ada yang mengajarkan keburukan dan senantiasa mengarahkan kepada kebaikan. Selama guru mengarahkan kepada kebaikan maka wajib bagi seorang penuntut ilmu untuk mematuhinya .yang demikian akan menyebabkan penuntut ilmu mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

6. Belajar memerlukan waktu yang sangat lama

Lamanya waktu dalam masa mencar ilmu disini juga bukan berarti tanpa target, alasannya yaitu orang mencar ilmu harus punya target, tanpa sasaran akan hampa dan malaslah kita belajar. Dalam sebuah pendidikan formal satuan pembelajaran dikemas untuk diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, namun perlu di ingat bahwa semua orang tidak sama dalam merampungkan belajarnya pada waktu yang sama.

Dalam skala non formal tidak ada batasan waktu untuk selalu mencar ilmu menyerupai ungkapan berikut " carilah ilmu dari buaian hingga liang lahat". Belajar memerlukan waktu yang sangat
usang berarti mencar ilmu spanjang hayat.

Akhir kata Jika Anda benar-benar menerapkan 6 kasus ini pasti Anda akan berhasil dalam kesuksesan belajar. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS. Ar-Ra'd ayat 11.

Penting!. Ukuran kesuksesan mencar ilmu berdasarkan Imam al-Ghazali tidak dipandang dari sisi kemampuan menghasilkan harta dan meraih kehormatan jabatan, akan tetapi orang yang mencar ilmu – apapun ilmu yang dipelajari, baik ulum al-din (ilmu-ilmu syari’at) atau ilmu-ilmu terapan sains – dikatakn sukses jika dia semakin sadar tanggung jawab dirinya kepada Allah, dan takut kepada-Nya. Sumber ilmu hakikatnya satu, yaitu wahyu. Maka sesungguhnya tidak perlu ada dikotomi antar ilmu agama dan ilmu umum. Kedua-duanya yaitu sarana untuk menuju kepada-Nya. Tujuan Pencarian ilmu yaitu sebagai pemanis batin dan  memperindahnya dengan keutamaan-keutamaan untuk meningkatkan kualitas bertaqarrub kepada Allah. Penekanan pada suatu ilmu, hendaknya dimaknai memasang skala prioritas, dan prioritas mesti diukur dari sisi kepentingan dunia dan akhirat.

Semoga bermanfaat.

Related Posts

Post a Comment